There's Always that One Song that Brings Back Old Memories

by - February 24, 2013

Dengan earphone di kedua telingaku, aku mendengarkan lagu-lagu kesukaanku yang tersusun acak di playlist laptopku. Suara merdu Raisa mengawali perjalanan musikku malam ini. Apalah Arti Menunggu. Liriknya membawa anganku berkelana melewati lorong waktu, berhenti tepat pada waktu dimana ada kamu, masa lalu yang seharusnya tak perlu kuingat lagi. Ya, kira-kira setengah tahun lalu aku memutuskan untuk mundur dari pertempuran ini. Pertempuran hati. Hatiku yang selalu lemah karenamu. Persis seperti kata Raisa, "apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi?". Ketika kau memintaku tuk pergi, pada saat itulah aku berfikir bahwa rasamu mungkin sudah tak pernah sama lagi. Tak seperti Februari tahun lalu, dimana semuanya masih terasa manis. Bahkan aku tak pernah menyangka kau ternyata suka padaku. Ahh, sungguh sakit ketika aku kembali bercerita tentangmu. Sudahlah, sebaiknya aku memaksa anganku tuk kembali pulang.

Perlahan suara Raisa menghilang seiring musik dari lagu Kutemukan Penggantinya yang dinyanyikan Winda mengalun. Dalam hati aku mengumpat keras-keras: SIAL! Winda seakan menjadi teman yang mengingatkanku bahwa aku tak lagi sendiri, aku (mungkin) telah menemukan penggantimu. Dan kau, entah sudah berapa kali berganti kekasih semenjak kepergianmu kala itu. Masih, aku tak pernah paham denganmu. Kau terlihat mudah menyembuhkan luka hatimu, sementara aku tak mudah melupakan setiap kejadian di antara kita. Entahlah, kau merubahku menjadi orang yang jahat. Aku meragukan rasa sayangku sendiri pada kekasihku hanya karena kau. Karena kau, aku bimbang menimbang-nimbang kenapa kekasihku tak bisa menjadi sepertimu.

Aku menghela nafas panjang. Sedikit sesak. Sesak dengan rinduku pada pertemuan kita. Suaramu, aku rindu mendengarnya seperti saat kau bercerita tentang semuanya, hal-hal yang bahkan kurang penting seperti tentang bagaimana kau menyebut 2NE1 yang seharusnya dibaca "tueniwan" dengan "tune". Lagu yang terputar berikutnya ternyata berasal dari girlband Korea kesukaanmu, yang kini jadi kesukaanku juga: 2NE1 - It Hurts. Tentu saja aku mengumpat jauh lebih keras dalam hati. Benar-benar siaaal! Seingatku waktu itu Minggu malam, 4 Maret, saat aku tiba-tiba menangis hebat setelah mendengarkan lagu ini sebelum aku tidur. Bahkan waktu itu aku sama sekali tak tahu arti lagu berbahasa Korea ini. Mungkin tentang rasa sakit, pikirku setelah melihat judulnya. Begitulah. .tiba-tiba hatiku dihujani rasa sakit ketika melihat fotomu di layar handphoneku. Foto yang diam-diam kuambil dari facebookmu. Padahal seharusnya malam itu aku senang, karena kau sudah kembali dari kegiatanmu di luar kota yang sempat membuat komunikasi di antara kita terhenti selama hampir tiga hari. Seharusnya aku senang mendengar kau pulang dengan selamat, meskipun kau bilang kau teramat kelelahan waktu itu. Entahlah, kurasa tangisan malam itu adalah firasat buruk. Dan firasat itu ternyata berubah menjadi kenyataan. Esoknya, Senin malam, pesan singkatmu benar-benar mengejutkanku. Bagaimana tidak, kau menyatakan perasaanmu padaku, aku tak pernah mengira kau punya rasa yang sama denganku, tapi di saat yang bersamaan kau meminta maaf karena kau tak bisa bersamaku. Kita berbeda. Tangisku kembali pecah malam itu, malam berikutnya, dan entah malam mana lagi yang kulewati dengan mata basah. Tidak untuk saat ini. Mungkin aku sudah lelah menangis. Handphoneku yang terus bergetar karena pesan dari kekasihku (yang ternyata hanya kujadikan sebuah pelarian dari rasa sakit karena kisah kita) menyadarkanku bahwa aku tak seharusnya galau karena kenangan-kenangan tentangmu kembali muncul di benakku.

Lagi-lagi aku menghela nafas panjang. Untunglah aku tak punya keinginan untuk memutar lagu itu lagi, karena biasanya aku mengulangnya dua sampai tiga kali sebelum berpindah ke lagu lain. Namun rupanya laptopku sengaja ingin menggodaku. Lagu berikutnya ternyata masih berasal dari penyanyi yang sama, 2NE1, tapi kali ini yang berjudul Lonely. Kali ini aku tidak mengumpat. Lelah. Tapi tetap saja lagu yang terputar masih mengundang sedikit kegalauan yang mengusik malamku. Ini adalah lagu favoritmu. Sebenarnya liriknya pun tak merepresentasikan perasaanku sama sekali. Aku tidak merasa sendiri, kekasihku selalu menemani (dan aku dengan jahatnya menggalaui kamu yang tak mungkin kembali). Lagu ini hanya mengingatkanku pada kata-katamu di hari kau memintaku pergi. Kau bilang kau adalah orang yang selalu sendirian, dan kau juga bilang mungkin tak ada yang benar-benar peduli padamu selain aku. Aku berusaha membalas pesan singkatmu sebaik mungkin. Kubilang tentu saja aku peduli, karena memang kamu berarti buatku. Aku berjanji untuk tetap menemanimu di saat kau membutuhkanku, dan hanya akan pergi jika kau yang menintaku. Tak disangka, kau benar-benar memintaku pergi waktu itu. Pipiku basah, mataku kabur dipenuhi air mata. Bagaimana mungkin kau memintaku pergi sedangkan kau SENDIRIAN tanpa seseorang yang peduli? Kau kira aku tega? Tapi janji adalah janji. Aku menepatinya. Aku pergi.

Karena tak ingin mendapatkan lagu yang kurang tepat, aku memutuskan untuk memilih sendiri lagu berikutnya. Mulai dari Dewa - Cinta Gila, System of A Down - Lonely Day, Westlife - My Love, sampai beberapa lagu Jepang dari soundtrack anime Naruto yang aku lupa apa judulnya. Kemudian mataku tertuju pada satu lagu yang sangat terkenal yang menjadi soundtrack film kesukaanku: Breaking Dawn Part II.  Aku segera memutarnya. Christina Perry - A Thousand Years (Part II) membiusku dengan kata-kata romantisnya. Kupikir lagu ini tidak akan membuatku galau lagi. Kupikir aku akan lebih mengingat kekasihku dengan meresapi lirik-lirik puitisnya. Dasar aku manusia galau, ujung-ujungnya pikiranku teralih juga padamu. Kali ini ia terbawa pada beberapa waktu lalu, mungkin pertengahan Januari, ketika sahabat terdekatku, yang bahkan tak pernah mengenalmu memberi nasehat (yang sebenarnya sudah sering dikatakannya) padaku. Ia menasehatiku untuk memantapkan hatiku, agar aku tidak perlu menengok lagi ke arahmu, karena apapun yang terjadi mungkin kita tak akan pernah menyatu. Aku sempat sekian lama mengira mungkin perasaanmu hanyalah perasaan main-main yang begitu cepat menguap. Tapi seringkali sahabatku berpendapat bahwa kau mungkin benar-benar suka padaku. Aku juga tak pernah tahu apakah itu hanya usahanya untuk menghiburku atau memang benar begitu. Aku tak mau berharap lagi.

Akhirnya aku menekan tanda silang di sudut Windows Media Playerku, menyudahi rinduku dengan paksa. Perlahan tapi pasti, aku akan menutup pintu ajaib yang selalu membuka celah tuk membawa anganku menuju masa lalu. Berharap semilir angin senja tak akan meniupkan kembali namamu, sehingga aku tak perlu kesulitan menghela nafas karena nama itu terhirup paru-paruku :)

*Malang, 24 Februari 2013 Pukul 0.32
~Tepat setahun lalu kita untuk pertama kalinya bertemu dan berbincang sepanjang malam, pertama kalinya aku sadar kau begitu tampan dengan senyum indahmu, pertama kalinya aku merasakan ada getar yang disebut banyak orang sebagai: CINTA

You May Also Like

0 comments