Ratapan Anak Sastra

by - August 08, 2013

Waktu kecil, jadi polwan, dokter, astronot, fisikawan, itu merupakan cita-citaku. Apalagi dua cita-cita terakhir erat hubungannya sama luar angkasa, hal yang bikin aku selalu tertarik. That's why sejak SD aku bertekad buat belajar tentang IPA dengan giat biar waktu SMA aku bisa masuk jurusan IPA.

Pas penjurusan, peminat jurusan IPA itu buanyaaak banget, seperti biasa. Tapi gak ada salahnya mencoba, kan? Dan Puji Tuhan aku lolos ujian seleksinya. Dan sejak saat itu juga aku makin sadar kalo jadi fisikawan sepertinya sangat susah dan jauh dari harapan -____- Well, but being in a science class was my passion, jadi aku tetep seneng dan mengusahakan yang terbaik buat lulus.

Tapi pas kelas XII, dilema akan selalu muncul: mau kuliah dimana, jurusan apa? Parahnya, jurusan yang aku pengen sama sekali gak ada hubungannya dengan IPA. Seni rupa, itu yang pertama terlintas di otak. Seni itu pelajaran paling favorit dari SD dan sejak remaja udah ngarep bakal jadi seniman. Tapi rupanya keinginan itu ditolak mentah-mentah sama semua anggota keluarga, yang katanya biayanya mahal, prospek gak bagus lah. Pilihan berikutnya pun sangat menyimpang dari IPA: Sastra. Selain seni, bahasa emang juga udah jadi favoritku sejak lama, tapi gak cukup menarik minatku buat masuk kelas bahasa di SMA. Sempet bingung juga mau masuk Inggris atau Jawa, karena dua-duanya menarik buatku. Pada akhirnya setelah menimbang-nimbang sendiri, kuputuskan buat masuk Sastra Inggris.

Entah, Sastra Inggris UB jadi pilihan pertama yang kutulis di form SNMPTNku waktu itu. Aku udah gak galau-galau lagi masalah jurusan lain. Sepertinya aku memang terpanggil buat kuliah di situ (ciyeeeh). Tapi ternyata jadi anak sastra banyak suka dukanya juga.

Waktu ketemu maba fakultas lain, sempet ada yang tanya gini "Kamu jurusan apa? Waktu SNMPTN pilihan ke berapa?". Ya kujawab jujur lah, kalo aku anak Sastra Inggris dan itu pilihan pertamaku (pilihan kedua Sastra Inggris UM). Eeeehh, dengan pedenya tuh anak ngomong hal yang bikin sebel banget "Wah, kalo gitu gampang banget ya masuk Sastra Inggris, pilihan pertama langsung lolos". Dalam hatiku: what the. .dipikirnya aku orang bego gitu yang "beruntung" masuk Sastra Inggris?? Usut punya usut, dia bangga bilang gitu karena pilihan pertamanya kedokteran (tapi gak diterima -_____- )

Gak cukup sampe di situ, ternyata banyak sekali orang-orang yang salah kaprah memandang Sastra Inggris. Kebanyakan bakal bilang "Ngapain kuliah Sastra Inggris? Les bahasa Inggris di lembaga-lembaga juga bisa". Apaaaa?? Dikira kita kuliah 4 tahun cuma belajar one two three, nama-nama buah, tenses, gitu?? Belum tau kalo ada Phonology (ada hubungan dengan biologi), Morphology, Syntax, Applied Linguistic, Pshycolinguistic (ada hubungan dengan psikologi dan otak), Sosiolinguistic (ada hubungan dengan ilmu sosial), Discourse Analysis, Semantic, Pragmatic, Semiotic, Prose, Poetry, dan lain-lain. Masalah vocabulary dan tenses itu cuma seujung kuku dibanding semua mata kuliah selama empat tahun lamanya meeenn. Dan FYI, ini sama kasusnya kayak mindset orang kalo "les komputer" itu lebih baik daripada "kuliah komputer". Yang punya pikiran semacam itu, mohon ditepis jauh-jauh.

Ada juga yang bilang "Kalo bikin-bikin puisi sama cerita gak usah kuliah sastra juga bisa". Emang bisa men, tapi kita kuliah sastra juga isinya gak cuma bikin puisi sama cerita doang kali. Malah kita lebih sering menganalisa karya-karya sastra, atau kalo menganalisa puisi bahkan sampe diteliti polanya, yang iambic tetrameter lah, apa lah, dan nentuin stressed sama unstressed syllable aja gak mudah.

Nah, yang parah lagi nih kalo ada yang beranggapan gini, "Yaiyalah, jelas aja anak Sastra cepet lulusnya, orang sripsinya cuma gitu-gitu doang". Woooww, kalo gitu monggo nyoba ngerjain skripsi kita deh, mumet apa gak tuh.

Yang lucu, karena punya mindset seperti itu, banyak orang juga yang ngira lulusan sastra bakal jadi pujangga yang tiap hari nggombal mulu. Ngeeek -_____- Padahal prospeknya buanyaaak banget. Mau kerja di kedubes bisa, pariwisata bisa, perusahaan asing bisa, penerbitan bisa, macem-macem bangeeet.

Sebenernya masih banyak anggapan-anggapan orang yang salah tentang anak sastra. Banyak juga anak-anak yang minder kalo jadi anak sastra karena merasa kalah keren dibanding jurusan lain. Bahkan kalo sekarang ada program beasiswa dari KemenDikBud buat mahasiswa S1 yang pingin lanjut S2, jurusan bahasa dan sastra gak termasuk. Padahal, bahasa itu kan juga sangat penting buat kehidupan manusia. Bukannya bahasa itu bisa menyatukan dunia?

Harus kukatakan, kalo tiap jurusan pasti keren, dan masing-masing punya kesulitan sendiri-sendiri. Gak bisa kamu memandang sekilas tanpa tahu dalemnya gimana. Harus kukatakan juga kalo aku gak pernah minder jadi anak sastra, justru bangga, karena belajar sastra juga berarti belajar aspek-aspek lain seperti budaya, sosial dll. Dan Puji Tuhan, selama empat tahun aku kuliah aku gak pernah menyesali jurusanku ini :)

You May Also Like

4 comments

  1. Keren pengakuannya, salam Literatur :)

    ReplyDelete
  2. Halo kakak Lulusan SASTRA INGGRIS, kenalin namaku Alvira. Detik ini juga aku juga lagi pengen masuk jurusan Sasing alias satra inggris. Sekarang aku lagi mau daftar di UB. Mau tanya boleh kan kak,suka duka lain jadi anak sasing selain di blog kakak apa aja ya? Semoga dijawab yaa,thank you.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi, Alvira. Makasih yaa, udah mampir ke blog ku. Kalo ditanyain suka duka selain yg tertulis di blog ini, mungkin gak ada ya. Tapi memang kemampuan berbahasa itu harus selalu diasah, dilatih, dipakai terus menerus supaya enggak ilang.

      Dulu waktu kuliah, nulis esai atau cerita fiksi berlembar-lembar itu serasa gampang. Tapi setelah kerja dan gak ada waktu untuk melakukan hal2 tsb, vocab sama pilihan diksi menurun drastis. Buat ngatasin itu memang harus banyak2 baca, lanjutin nulis, juga lakukan conversation in English sama orang2 sekitar. Gak perlu minder meskipun grammar kacau.

      Untungnya di pekerjaanku sekarang, bahasa Inggris nya kepake bgt. Bikin surat, ngelayani tamu, convers sama warga sekolah waktu English Day, dll.

      Pokoknya kalo kuliah Sastra Inggris, jangan dibawa jadi beban. Asik kok..bisa belajar segala macem tentang Inggris. Semangaaat ;)

      Delete