UNTITLED

by - June 04, 2018

Pohon-pohon bergerak melewatiku seiring keretaku melaju menuju ibukota. Di telingaku terpasang earphone yang mengalunkan lagu-lagu Lana Del Rey, penyanyi favoritku. Suaranya yang sendu membuatku merindumu.
.
Kamu memenuhi pikiranku sejak sebulan terakhir. Ribuan hari kita telah bertemu, namun tak pernah sedikitpun aku berpikir untuk menyukaimu. Apakah karena akhir-akhir ini kita sering berbicara lalu aku diam-diam suka melihat senyummu di sela percakapan kita?
.
Aku masih ingat ketika kemarin kau menemukanku bermata sembab. Tanpa bertanya penyebabnya, kau langsung mengajakku pergi ke sebuah tempat makan cepat saji dan memesankan kentang goreng berukuran besar favoritku. Kau benar-benar berusaha menghiburku.
.
Nyatanya kau adalah alasan dibalik mata sembabku. Aku takut bahwa hari itu mungkin menjadi kesempatan terakhirku bertemu denganmu. Aku akan pergi dengan membawa serta rahasia tentang rasaku kepadamu.
.
Mungkin lebih baik begini.
.
.
Dark Paradise yang dinyanyikan Lana Del Rey menyadarkanku dari lamunanku. Lalu aku teringat sekantung kentang goreng yang kubeli tadi pagi. Aku mengeluarkannya dari dalam tas ransel tosca ku dan mulai memakannya, mencoba menghilangkan suasana sendu di pikiranku.
.
Ponselku bergetar karena sebuah pesan. Darimu.
.
"Kak Kinan, kenapa pergi tanpa memberitahuku?"
.
Belum sempat aku membalasnya, lagi-lagi ponselku bergetar. Sebuah panggilan telepon.
.
"Sayang, jangan lupa kabari aku kalau sudah sampai di stasiun ya," kata suara di seberang.
.
"Iya," aku menjawabnya pelan dan buru-buru menutup telepon tanpa peduli apakah suara itu sudah atau belum selesai berbicara kepadaku.
.
.
Suara ibu kembali terngiang di benakku, "Ibu tahu, kamu belum ingin menikah, tapi Dion itu orangnya baik lo, mapan lagi. Ibu yakin kamu pasti tidak akan menyesal kalau menikah dengan dia. Lagipula, orangtua Dion sudah kenal baik sama Ibu dan daridulu kepengen banget besanan dengan Ibu. Kamu gak mau ngecewain Ibu, kan?"
.
Keretaku terus melaju membawaku pada masa depan yang telah ditentukan ibuku. Aku menenggelamkan kepalaku dalam tudung jaketku, memejamkan mata dan membiarkan bulir-bulir air membasahi pipiku sambil berusaha mengabaikan perih di hatiku.
.
.
END

You May Also Like

0 comments