Fortunate Fortune

I was enjoying the view from above when you suddenly came and offered me a tour. “Why sitting there alone? Don’t you wanna fly around?”

Felt like I wanted to hit your head for offering a single winged-angel to fly. I stared at you questioning your sentence, but you stared back with those sleepy eyes. The eyes which sight is as deep as the ocean, so deep I was afraid I would drown in it.

You smiled, flew further and waved at me, asking me to join you. It gave me an unusual feeling: happy yet scared. “I can’t. I only have one wing,” I smiled bitterly because in fact, I really wanted to fly with you.

Your skinny hand touched mine, giving me butterflies and an unexplained electrical shock. “I will be your wingman,” you convinced me. I was still afraid, because I knew that once I fell down, it would hurt so much.

However, my feelings for you were bigger than my fear. I reached your hands and you flew me high, so high that I never wanted to step on the ground again. I was so happy knowing that I could fly again, and it was with you.

My happiness did not last long and my fear became true as the unexpected storm hit us so hard. Our hands were weaker than its blow, and I knew your skinny hands were not strong enough to keep me safe. I knew you were hurt. I glared at you in tears while signaling to let go. You shook your head, disagreeing my will.

Our bleeding hands were still holding onto each other. “If you want me to go, I’ll go,” I smiled at you in pain, wishing you would gain any strength to just hold me longer, but it also hurt me so bad seeing you hurt. I began to close my eyes and surrender all, because seeing you suffer was the saddest part. I just wanted you to be happy.

I could feel my body finally fell freely against the air when suddenly your hands slipped off of my hands. I had no courage to open my eyes for it would be sickening to see your face fade while I was falling. As my body touched the ground, I felt nothing but dead inside. I was broken into pieces for losing my other wing.

In my dying state, came to my mind a thought that maybe I should have never let you fly me that high so I would not fall for you this hard.

#fiction #shortstory #lovestory

Dari balik mejaku aku mencuri pandang ke arah ruang pertemuan di depanku. Kau ada di sana, sedang mengobrol serius dengan seorang tamu. Hatiku masih deg-degan seusai mengantar teh dan sepiring pisang keju untukmu dan sang tamu. Kau bilang, "Terimakasih, ya," sambil menatap mataku. Ah, tatapanmu adalah kelemahanku.

Hari itu sebuah band ternama akan hadir di acara konser yang diadakan di kampusku. Semua orang membicarakannya, tak terkecuali kamu. Di status sosial media mu kau bilang ingin pergi namun kamu ragu. Aku tahu. Pasti karena kau tak ingin bertemu dengan mantanmu yang juga sekampus denganku.

Mataku melirik ke arah jam tangan berwarna peach yang melingkar di tanganku. Sepuluh menit lagi kelas Semiotics akan segera dimulai. Aku meneruskan percakapanku dengan teman-teman di lorong kampus sembari menunggu dosenku datang.

[Continued from: REMAINING STORY]

.

.

Meski tertatih, tapi aku berusaha untuk tetap menjauh dari Dara. Terlalu sakit mengingat betapa seringnya ia mengatakan bahwa ia tak sedang ingin menjalin hubungan dengan siapapun, namun sekarang ia sudah bersama yang lain.

.

Seminggu sebelumnya, Dara bercerita kepadaku tentang Rama, teman kecilnya yang tiba-tiba datang dan menghujaninya dengan perhatian, membuatnya sejenak melupakan Awan. Menurutku Rama tak terlihat lebih baik dariku. Seharusnya Dara sadar akan hal itu.

.

Satu hal dalam diri Rama yang mungkin membuat Dara terpikat: posturnya yang menyerupai Awan. Tapi Dara seharusnya juga melihatku sebagai seseorang yang punya kemiripan dengan Awan! Kami sama-sama penggemar musik metal (walau sebenarnya itu bukan alasan kuat untuk membuat Dara berpaling padaku). Aku bahkan lebih keren dari Rama!

.

“Ra, kamu yakin kamu sedang jatuh cinta pada Rama??” aku menatapnya tak percaya. Sepertinya sebagai sahabatnya aku juga tak kurang-kurang memberinya perhatian. Tapi dia tak pernah memberikan kesempatan padaku untuk menyembuhkan luka hatinya. Dan kini ia mau memberikan kesempatan itu untuk Rama?? Yang benar saja.

.

“Gak tau, Rick. Awan masih belum mengembalikan hatiku, tapi mungkin saja Rama bisa membuatku melupakannya,” jawabannya tak memuaskanku. Aku tahu hatinya masih sepenuhnya untuk Awan.

.

Saat itu pula kuputuskan untuk berhenti berharap. Aku memang tak akan pernah bisa mendapatkan sedikit saja celah di hatinya. Rama adalah pelarian. Aku tahu Dara melakukan hal yang jahat apabila menerima Rama karena alasan itu. Namun sekalipun itu hanya sebuah pelarian, kuharap ia akan lari kepadaku, bukan yang lainnya.

.

Melihat Dara mengenang Awan begitu rupa sudah menyiksa, terlebih jika harus melihatnya bersama yang lain tapi hatinya tak pernah bersamanya, aku tak akan bisa. Biar aku lari juga. Sejauh-jauhnya. Barangkali lelahnya akan membuatku melupakannya.

.

#30haribercerita #30hbc2022 #rapelannulis #fiction #shortstory #ceritagalau #ceritalepas #cerita #sastra #sastraindonesia #tentangcinta #fiksi #galau #lovestory

“Emangnya Awan udah ngapain kamu sih, Ra, kok kamu sampai segitunya gak bisa nglupain dia?” akhirnya kata-kata itu terlontar juga dari mulutku. Sudah lama aku menahannya karena aku tahu Dara begitu mencintainya sampai-sampai tidak ada ruang bagiku untuk masuk ke hatinya. Seperti biasa, wajah cerianya tak nampak sedih sedikitpun, tapi sebagai sahabatnya aku tau hatinya remuk redam.

.

Dara menghela napas panjang. Ia menatap mataku lekat-lekat dan tersenyum. Aku makin terpikat sekaligus merasa sakit mendapati kenyataan bahwa aku tak bisa menaklukkan hatinya. “Gak ada, Rick. Awan gak ngelakuin apa-apa.”

.

“Bahkan..” ia mendongak ke arah langit di atas kami dengan tatapan menerawang, “..bergandengan tangan pun kami tak pernah. Kami mengobrol, berbagi cerita, lalu tiba-tiba dia pergi dengan membawa serta hatiku. Dia bilang cinta. Tapi kami tak bisa bersama. Udah gitu aja. Singkat. But sometimes, the shorter story remains longer, kan?"

.

Aku menarik napas lega, karena pikiran burukku tidak menjadi benar. Dara kembali menatapku dengan mata memincing, mendengar tarikan napasku yang janggal. “Hayoo, kamu pasti udah mikir yang macam-macam, ya?? Dasar piktor!” tangannya memukul lenganku keras. Aku berpura-pura kesakitan sambil berguling-guling. Ia pun tertawa. Manis. Aku senang melihatnya.

.

“Daripada mikirin dia terus, kenapa sih kamu gak mau buka hati buat aku, Ra?” aku memasang wajah serius. Aku tahu pertanyaan semacam ini sudah kulontarkan berkali-kali dan aku sudah tahu apa jawaban Dara, tapi aku masih ingin mendengarnya, berharap barangkali hatinya berubah.

.

“Ricky Ananta! Jangan mulai lagi deh,” dia mendengus kesal.

.

.

[Continued to Part 2: RUNNING AWAY]

.

#30haribercerita #30hbc2021 #fiction #cerita #sastraindonesia #ceritalepas #flashfiction #rapelannulis #ceritagalau #galau #kisahcinta #lovestory #fiksi #tentangcinta