E S C A P E

by - November 05, 2019


Dari sekian bulan yang kulewati bersama Surya, mungkin hanya selama dua minggu pertama hatiku benar-benar ada untuknya. Fase peralihan dari pelarian panjang yang ternyata masih tak mampu membuatku lepas dari bayang-bayang Yovie.
.
Dalam kegamangan hubungan, aku masih bertahan, meski pada kenyataannya itu hanya memperburuk keadaan.
.
Suatu saat di bulan kedua kami bersama, ponselku berdering, menampilkan sebuah nama yang membuka paksa semua kenangan yang berusaha kusimpan rapat.
.
Yovie.
.
"Halo?" angkatku, berusaha terdengar senormal mungkin.
.
"Halo, Nis? Apa kabar?"
.
Kurasakan ada gemuruh di hatiku. Banyak pertanyaan yang ingin kuajukan maupun keluh kesah yang ingin kukatakan. Tapi kemudian aku sadar bahwa kami telah memutuskan untuk tetap begini, menjaga jarak untuk tidak saling menyakiti.
.
"Baik, Yov. Kamu sendiri gimana? Tumben banget telepon?"
.
"Kamu punya Twitter, gak? Follow punyaku, ya, @yovieorfact" katanya, tanpa beban. Sementara aku tergelitik gemas memikirkan betapa remeh alasan dia menelepon dan betapa aku tak peduli akan itu karena mendengar suaranya setelah sekian lama benar-benar melegakanku.
.
"Punya. Oke, nanti aku follow, ya," jawabku. Sedikit malu, karena sebenarnya akun Yovie merupakan akun teratas dalam daftar pencarianku. Diam-diam aku membaca cuitannya, karena itu adalah satu-satunya cara untuk tahu keadaannya. Dengan diam-diam pula aku menekan tombol follow pada akunnya, tepat dua minggu sebelum Yovie kembali menghubungiku.
.
Bagaimana dengan Surya? Sejak hari itu, hubunganku dan Surya tak pernah sama lagi. Kian hari, kudapati Surya makin posesif, sementara aku makin ingin melepaskan diri, terlebih ketika mengingat bahwa masih ada sebagian dari hati ini yang dibawa Yovie pergi.
.
Tak tahan, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami 6 bulan kemudian. Surya tak pernah terima dengan keputusanku.
.
Aku pergi. Bukan untuk kembali pada Yovie. Bagaimanapun, kami tahu tak ada takdir yang akan memihak kami.
.
Hatiku? Aku tak memintanya kembali. Sementara waktu aku hanya ingin memerdekakan diri dari hal-hal yang membelenggu kebebasan hatiku untuk merasakan apa yang ingin kurasakan.
.
Aku memilih untuk sendiri.
.
Aku bebas.
.
#fiksi #cerita

You May Also Like

0 comments