“Ada pesan-pesan sebelum aku pergi, Ra?” tanyamu padaku dalam percakapan teks sehari sebelum kamu kembali merantau. Lebih tepatnya memulai hidup baru. Pertanyaanmu membuatku merasa seolah-olah kita tak akan pernah bertemu lagi. Siapa tahu. Mungkin saja..Setelah memainkan ponselku di tanganku dengan bimbang, aku memutuskan untuk meminta maaf, barangkali benar bahwa tak akan ada pertemuan-pertemuan...
B E R U B A H
by
Fortunita
- March 10, 2020
"Gayamu gak pernah berubah, ya. Kecuali ponimu, terlihat lebih panjang," katanya mengomentari potongan rambutku yang nyaris tak pernah berubah sejak masih duduk di bangku SMA. . "Kau juga. Poni lemparmu khas sekali," balasku. Meski dalam hatiku aku merasa dia telah banyak berubah. Terlalu banyak hingga aku merasa tak mengenalnya. . Dia tertawa, "Ya....
Menjadi Bahagia
by
Fortunita
- March 10, 2020
Sebenarnya siapa yang bertanggungjawab atas kebahagiaan kita? Menurutku, tentu saja kita sendiri. Bagiku, bahagia itu bukan sebuah pilihan, tapi keharusan. . Ya. Aku harus bahagia bahkan ketika aku sendiri. Ibaratnya sebuah tangki, masing-masing orang wajib mengisi tangki kebahagiaannya sampai penuh. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk membagi kebahagiaan itu ketika kau tidak sendiri,...
MEYAKINKAN
by
Fortunita
- March 10, 2020
Cerita sebelumnya: BERTEMU Aku masih ingat ketika aku terbangun dengan mata sembab setelah menelepon Putri dan menceritakan betapa sedihnya aku karena telah resmi berpacaran dengan Pak Bagus. . Aku juga ingat betapa Putri terheran mendapati responku yang begitu berbeda justru setelah lelaki yang kukagumi dan kukira tak akan mungkin menyukaiku itu memintaku untuk menjalin...
Cerita sebelumnya: KURANG LEBIH BEGITUSetelah melewati minggu-minggu penuh debar, Pak Bagus tanpa diduga menyatakan perasaannya padaku. Ia berjanji untuk menemuiku hari Senin setelah ia kembali dari luar kota. . Tapi rupanya Pak Bagus bukanlah orang yang sabar menunggu. Saat itu baru hari Sabtu ketika tiba-tiba ia mengajakku untuk bertemu. Dua hari lebih cepat dari...