BERTEMU
Cerita sebelumnya: KURANG LEBIH BEGITU
Setelah melewati minggu-minggu penuh debar, Pak Bagus tanpa diduga menyatakan perasaannya padaku. Ia berjanji untuk menemuiku hari Senin setelah ia kembali dari luar kota.
Setelah melewati minggu-minggu penuh debar, Pak Bagus tanpa diduga menyatakan perasaannya padaku. Ia berjanji untuk menemuiku hari Senin setelah ia kembali dari luar kota.
.
Tapi rupanya Pak Bagus bukanlah orang yang sabar menunggu. Saat itu baru hari Sabtu ketika tiba-tiba ia mengajakku untuk bertemu. Dua hari lebih cepat dari hari perjanjian kami.
.
Ketika Pak Bagus ada di hadapanku, yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum malu sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya. Bagaimana tidak, dia terus saja memandangku.
.
"Kenapa Bapak melihatku sampai seperti itu?" tanyaku tak nyaman.
.
Dia tersenyum. Manis sekali. "Aku suka memandang wajahmu. Wajahmu itu bukan yang memikat pada pandangan pertama, tapi yang membuat orang tak pernah bosan ketika sudah memandangnya lekat-lekat. Karena semakin dipandang, kamu terlihat semakin cantik.".
.
Secara naluriah tanganku bergerak menutupi wajahku. Kurasakan ada rona merah di sana. Tentu saja aku cantik, kataku pada diriku sendiri yang narsistik.
.
"Jadi, tentang pertanyaanku kapan hari, apakah kamu mau jadi pacarku?"
.
Sungguh laki-laki yang tak bisa basa basi. Ketika aku masih tersipu malu karena pujiannya, sekarang ia kembali membuatku tersipu karena pertanyaannya. "Kenapa secepat itu Bapak memutuskan untuk memilihku?" aku tak mau terburu-buru menjawab pertanyaannya.
.
"Yaa, siapa tahu, jika sedikit saja aku terlambat, mungkin kau sudah jadi milik orang lain."
.
Wow. Darimana ia mengira kalau aku akan dimiliki orang lain sementara aku sedang bahagia menyendiri? Aku merenung.
.
"Jadi?" ia masih menunggu jawabanku.
.
"Ya, aku mau." jawabku malu.
.
Kulihat senyumnya mengembang indah di wajahnya.
.
Sesampainya di rumah, aku masih memikirkannya seakan tak percaya. Pak Bagus adalah pacarku! Apakah ini semua nyata?
.
Kutekan tombol di ponselku dan mulai menelepon Putri, tak sabar untuk menceritakan hal ini padanya. Di ujung telepon Putri memekik kegirangan mendengar ceritaku. Sementara aku mulai menangis, dan Putri semakin bingung, "Kok nangis sih? Bukannya harusnya kamu senang??"
.
"Aku gak jomblo lagi Put. Aku gak sebebas dulu," tangisku pecah.
.
[BERSAMBUNG]
.
.
#30hbc2006 #30haribercerita #PakBagusSeries #caffeinetomycoffee
Ini akhir kisahnya: MEYAKINKAN
0 comments