BERKELANJUTAN
Cerita sebelumnya: PENASARAN
Setelah merutuki diri sendiri karena mengirim pesan bodoh itu pada Pak Bagus, aku tak berani mengharap akan mengobrol dengan Pak Bagus lagi. Tapi siapa sangka Pak Bagus tetap melanjutkan percakapan. Dia menanyaiku hal remeh yang tak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan seperti berapa jumlah saudaraku, film apa yang bagus untuk ditonton, dan lain-lain. Aku senang. Sangat senang. Tapi kurasa ini tak akan bertahan lama. Bisa saja Pak Bagus hanya sedang tak ada pekerjaan, dan aku adalah sebuah opsi untuk mengisi waktu luangnya kan?
.
Benar saja. Setelah seharian mengobrol tentang banyak hal remeh, aku mendapati pesan terakhirku tetap menjadi yang terakhir di ruang percakapan kami. Pak Bagus tidak memberikan balasan lagi. Sekali lagi, aku tak berharap banyak. Kuletakkan ponselku dan mulai berbaring setelah menyadari malam sudah larut.
.
Esoknya, kuawali pagiku dengan membuka ponselku seperti biasa. Pertama untuk melihat jam, kedua untuk mengecek semua media sosial yang kupunya. Lalu tenggorokanku tiba-tiba tercekat. Pak Bagus mengirim sebuah pesan BBM.
.
Pak Bagus masih ingin meneruskan obrolan denganku?? Meski senang, aku tak ingin serta merta membalas pesannya dengan segera. Aku memberinya jeda. Aku tak ingin Pak Bagus membaca perasaanku.
.
Pembicaraan kami terus bergulir hingga hari-hari berikutnya. Suatu waktu ia bahkan menanyakan apakah aku bersedia untuk menonton film bersamanya. Berdua. Tentu aku mau.
.
Apakah ini sebuah tanda bahwa Pak Bagus membuka diri padaku? Bahkan Pak Bagus juga menanyakan padaku tentang kriteria lelaki idamanku! Sialnya, dia punya semuanya, kecuali tinggi badannya yang tak lebih dari 170cm. Tapi tentu saja aku tak menyebutkan padanya secara terang-terangan.
.
Kira-kira setelah seminggu penuh kami mengobrol lewat percakapan teks, Pak Bagus yang belum kembali dari liburannya di luar kota mengirimkan pesan yang lagi-lagi membuatku terhenyak. Kali ini sangat terhenyak.
.
"Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu suka kepadaku?"
.
DEG!!
.
Jantungku hendak melompat dari tempatnya.
.
.
.
BACA LANJUTANNYA DI SINI YAA: KURANG LEBIH BEGITU
.
Benar saja. Setelah seharian mengobrol tentang banyak hal remeh, aku mendapati pesan terakhirku tetap menjadi yang terakhir di ruang percakapan kami. Pak Bagus tidak memberikan balasan lagi. Sekali lagi, aku tak berharap banyak. Kuletakkan ponselku dan mulai berbaring setelah menyadari malam sudah larut.
.
Esoknya, kuawali pagiku dengan membuka ponselku seperti biasa. Pertama untuk melihat jam, kedua untuk mengecek semua media sosial yang kupunya. Lalu tenggorokanku tiba-tiba tercekat. Pak Bagus mengirim sebuah pesan BBM.
.
Pak Bagus masih ingin meneruskan obrolan denganku?? Meski senang, aku tak ingin serta merta membalas pesannya dengan segera. Aku memberinya jeda. Aku tak ingin Pak Bagus membaca perasaanku.
.
Pembicaraan kami terus bergulir hingga hari-hari berikutnya. Suatu waktu ia bahkan menanyakan apakah aku bersedia untuk menonton film bersamanya. Berdua. Tentu aku mau.
.
Apakah ini sebuah tanda bahwa Pak Bagus membuka diri padaku? Bahkan Pak Bagus juga menanyakan padaku tentang kriteria lelaki idamanku! Sialnya, dia punya semuanya, kecuali tinggi badannya yang tak lebih dari 170cm. Tapi tentu saja aku tak menyebutkan padanya secara terang-terangan.
.
Kira-kira setelah seminggu penuh kami mengobrol lewat percakapan teks, Pak Bagus yang belum kembali dari liburannya di luar kota mengirimkan pesan yang lagi-lagi membuatku terhenyak. Kali ini sangat terhenyak.
.
"Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu suka kepadaku?"
.
DEG!!
.
Jantungku hendak melompat dari tempatnya.
.
.
.
BACA LANJUTANNYA DI SINI YAA: KURANG LEBIH BEGITU
1 comments
Deg!
ReplyDelete