Ia Datang dan Menghilang Tanpa Pemberitahuan
Meskipun aku selalu percaya keajaiban, namun aku cukup tahu diri untuk menyimpan rapat semua harapanku dalam hati. Harapan untuk bertemu Peter Pan ku yang pergi tanpa pernah kembali. Aku belum lupa hangatnya air mata yang bermain di pipiku semalam. Aku tak tahu apalagi yang harus aku perbuat ketika aku merindukannya.
Seperti biasa, yang bisa kulakukan hanyalah memejamkan kedua mataku, menarik kedua bibirku dalam senyum, menarik nafas, serta menghelanya panjang-panjang sambil menggambarkan sosoknya dalam otakku. Alih-alih menjadi lebih tenang, rasanya makin sesak hingga aku ingin membuka mata dengan segera.
Apa ini?? Kenapa jantungku berdegup cepat seperti ini?? Apa yang akan terjadi??
Tak tahan lagi, aku segera membuka kedua mataku. Sedetik kemudian kurasa jantungku benar-benar terhenti ketika melihat sebuah sosok di depanku. Dia. Peter Pan ku. Saat ini ia benar-benar datang. Lelaki yang tak pernah menua itu kini ada di hadapanku dalam wujud yang lalu. Kemeja serta celana putihnya begitu pas di tubuhnya yang agak tambun. Aku ingat benar wajah itu. Rambut cokelat tuanya terlihat mengkilat, tersisir rapi ke atas.
Aku tak bisa menahan diriku untuk selalu menatapnya, menatap setiap jengkal dari tubuhnya. Aku merindukan semuanya, merindukan dia seutuhnya. Kemudian haru menyeruak di dadaku melihat ia yang lama pergi sekarang telah kembali. Tak sedikitpun ia bicara, hanya sibuk dengan dirinya sendiri tanpa tahu bahwa perempuan di hadapannya ini lama menahan sakit karena rasa kehilangan. Tak apa, asalkan bisa melihatnya tersenyum seperti ini luka rinduku bisa sembuh.
Belum puas aku melepas rindu, tiba-tiba sekelilingku menjadi gelap. Semua menghilang, termasuk Peter Pan ku yang baru saja kembali. Beberapa saat berikutnya seketika suasana kembali menjadi terang. Tapi dimana ini?? Kurasa tadi aku tak berada di sini. Dan lagi-lagi muncul sesosok yang kukenal, Peter Pan. Kali ini ia hadir dalam wujudnya yang berbeda. Tubuhnya terlihat jauh lebih kurus, dengan otot-otot yang menonjol di beberapa bagian tubuhnya. Ia jauh lebih tampan, tapi tubuh kurusnya tetap tak bisa menyembunyikan pipi bakpaonya.
Seperti de javu, aku melihatnya mengenakan sweater kuning dengan tulisan "WOLF 88" dengan 12 bintang berwarna hitam di masing-masing bahunya. Sebuah kain hitam bermotif diikatkan di kepalanya, menutupi dahinya yang lebar. Rambutnya yang berubah menjadi cokelat terang menyembul dari balik ikatan itu. Lelaki pemalu tersebut sangat tampan. Entah berapa kali aku sudah mengucapkannya, tapi ia memang benar-benar tampan.
Dalam hatiku ada sedikit sesal karena Peter Pan ku tak pernah tahu perasaanku. Pun aku tak punya cara untuk membuatnya tahu. Ia terasa begitu dekat, namun tak sedikitpun bisa aku rengkuh. Dalam diam yang datang di antara kami, sebenarnya aku ingin marah. Marah karena ia terlalu lama pergi, marah karena ia tak peka dengan perasaanku, marah karena ternyata ia menyimpan sebuah rahasia yang aku tak pernah tahu. Aku tahu aku tak akan pernah tega memarahinya, tapi kali ini aku ingin mencoba.
Baru akan kucoba untuk memunculkan amarah, kali ini bukan lagi gelap yang datang. Sebuah terang melingkupiku, begitu terang hingga semuanya terasa kabur. Dan lagi-lagi ia menghilang. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, berharap ia akan muncul kembali. Tidak ada yang berubah. Aku kembali mengerjapkannya lagi, berkali-kali, tapi ia tetap tak ada. Peter Pan ku telah pergi lagi.
Kemudian aku jadi berfikir, mungkin inilah rahasia yang selama ini ia simpan. Bahwa jika aku ingin bertemu dengannya, mungkin aku hanya perlu membayangkannya, lalu ia akan datang kemudian menghilang tanpa aba-aba.
Aku kembali menghela nafas panjang, merasakan sakit ikut mengalir dalam hembusannya. Terimakasih, batinku. Terimakasih karena setidaknya kehadirannya sedikit memberikan ruang untukku bernafas di tengah rindu. Aku pasti akan selalu mengukir sosoknya dalam benakku, hingga suatu saat kita kan benar-benar bertemu. Dan saat itu tiba, aku ingin meminjam kekuatannya, barangkali aku bisa membekukan waktu, membuatnya tak pernah beranjak dari sisiku.
2 comments
Finally...setelah di refresh sedari tadi..
ReplyDeleteSelamat karna Peterpan-mu tak lagi hanya sekedar di dalam imaji. Sekarang mereka telah menuju ke alam mimpi.wkwkwk
And as always kita selalu menginginkan untuk dapat menemui mereka tak hanya di dunia imaji dan alam mimpi. Semoga suatu saat nanti kita dapat mengunjungi negeri mereka..Neverland. Kiss&Hug
mianhae membuatmu menulis berulang kali mbenar >.<
DeleteHihi, semoga Tinkerbell meminjamkan sayapnya ke kita biar kita bisa terbang ke Neverland dan menculik mereka satu2 :p
XOXO