T E L A T
Adalah suamiku, manusia teratur yang tidak suka telat. Baginya, waktu sangatlah berharga.
.
Di sisi lain adalah aku, si plegmatis-sanguin yang tak teratur dan kadang ngelantur. Cinta Indonesia, sampai patokan jam nya juga ala Indonesia.
.
Setiap kali hendak pergi bersamaku, sejak dua jam sebelumnya pasti suamiku sudah mengajak untuk bersiap, khawatir istrinya akan membuletkan diri seperti benang ruwet sehingga ujung2nya telat. Baginya, kalau bisa, satu menit pun jangan sampai terlewat.
.
Biasanya, di tengah persiapan akan terdengar kalimat ini: "Maa, sudah jam berapa ini?! Jangan sampai telat ya". Biasanya pula, hanya kujawab dengan sebuah "He-eh" sambil menyelesaikan urusan dandan.
.
Beberapa detik kemudian ia akan kembali, "Satu jam (darimananyaaa 😑) kok gak selesai2? 5 menit lagi ya, kalo gak aku tinggal loh". Padahal urusan menentukan baju dan lipstik mana yang akan dipakai merupakan hal yang sulit, seperti ketika tokoh di dalam film bertaruh nyawa ketika hendak memutuskan kabel mana dari bom yang akan meledak yang harus dicabut (lebe Tun). Bahkan antara warna orange kemerahan, atau merah ke-orange-an sangatlah pelik, walaupun dua2nya akan terlihat hampir mirip.
.
Biasanya jika sudah tak sabar, ia akan mengemas barangnya lalu berpesan, "Aku tunggu di luar ya, Ma. Jangan lupa kunci pintunya." Tak jarang ia kesal mendapati tanda bahwa kami akan terlambat. Kalau sudah begitu, sepanjang jalan mukanya akan ditekuk sampai kusut saking fokusnya untuk segera mencapai tujuan sambil berusaha memburu waktu.
.
Tapi suatu hari sikapnya benar-benar berbeda. Semua gerutu kesal berubah menjadi pekik bahagia dan penuh bangga, seperti habis nonton Chelsea menang banyak angka atas lawannya. Senyumnya mengembang indah di wajahnya, dan dengan erat aku dipeluknya. Bahkan ia mencium keningku begitu mesra. Padahal aku hanya berbisik padanya, "Pa, aku TELAT," sembari menunjukkan padanya sebuah kertas kecil panjang bergaris merah dua.
@30haribercerita #30haribercerita #30hbc1819
0 comments