PERTEMUAN [PART 1]
[Part 1/2]
.
Jam dinding bundar coklat di kamarku telah menunjukkan pukul 8 malam. Aku baru saja selesai mandi dan mengenakan baju tidurku, bersiap untuk bermaraton menonton drama Korea ketika sebuah pesan menggetarkan ponselku.
.
"Hari ini kita jadi pergi, ya? Aku sedang dalam perjalanan menuju rumahmu."
.
Aku memekik pelan. Cowok itu benar-benar nekat! Kata-katanya tentang mencari alamatku di internet ternyata bukan sekedar candaan. Kukira ajakannya untuk pergi malam ini hanya basa-basi. Ternyata dugaanku salah. Dia benar-benar ingin bertemu.
.
Serangan panik menghampiriku. Dengan gugup kusambar baju teratas di lemariku dan cepat-cepat kukeringkan rambutku sambil berusaha memoleskan bedak dan lipstik sekenanya. Beberapa menit selanjutnya aku merasa siap, dibarengi dengan getar ponselku yang menampilkan pesan darinya.
.
"Aku sudah sampai."
.
Dadaku rasanya ingin meledak. Di depan, sesosok laki-laki memunggungiku sambil memandangi ponselnya. Pelan-pelan aku menghampirinya dan mulai bersuara, "Yovie?"
.
Dia membalikkan badan dan menyapaku, "Hai, Nis!" lalu memandangiku selama beberapa detik. Tanpa sadar aku mematung sambil diam-diam memperhatikan wajahnya dengan seksama. Lebih indah dari yang pernah kuingat bertahun lalu. Sementara aku yakin Yovie tak pernah ingat bagaimana rupaku meski dulu kami pernah bertemu. Mungkin ini pertama kalinya ia menatapku secara langsung, setelah kami saling mengenal lewat grup alumni sekolah di media sosial.
.
Tatapannya membuatku salah tingkah. "Kenapa sih, liatnya kayak gitu?? Ada yang salah, ya?" tanyaku.
.
"Seperti yang kau katakan, kau memang terlihat berbeda dibanding dengan fotomu," katanya menirukan ucapanku tempo hari ketika aku bersikeras menolak ajakannya untuk bertemu: karena aku lebih jelek dari fotoku yang ia lihat hanya dari media sosial. Mukaku memerah malu. Lalu Yovie tersenyum, "Bercandaaa! Yuk, jalan."
.
Yovie memberi isyarat untuk segera naik ke motor merahnya. Segera setelah aku berada di atas motor, ia bertanya kepadaku, "Kita makan, ya? Kamu mau makan apa?"
.
"Terserah," jawabku.
.
[BERSAMBUNG]
.
Jam dinding bundar coklat di kamarku telah menunjukkan pukul 8 malam. Aku baru saja selesai mandi dan mengenakan baju tidurku, bersiap untuk bermaraton menonton drama Korea ketika sebuah pesan menggetarkan ponselku.
.
"Hari ini kita jadi pergi, ya? Aku sedang dalam perjalanan menuju rumahmu."
.
Aku memekik pelan. Cowok itu benar-benar nekat! Kata-katanya tentang mencari alamatku di internet ternyata bukan sekedar candaan. Kukira ajakannya untuk pergi malam ini hanya basa-basi. Ternyata dugaanku salah. Dia benar-benar ingin bertemu.
.
Serangan panik menghampiriku. Dengan gugup kusambar baju teratas di lemariku dan cepat-cepat kukeringkan rambutku sambil berusaha memoleskan bedak dan lipstik sekenanya. Beberapa menit selanjutnya aku merasa siap, dibarengi dengan getar ponselku yang menampilkan pesan darinya.
.
"Aku sudah sampai."
.
Dadaku rasanya ingin meledak. Di depan, sesosok laki-laki memunggungiku sambil memandangi ponselnya. Pelan-pelan aku menghampirinya dan mulai bersuara, "Yovie?"
.
Dia membalikkan badan dan menyapaku, "Hai, Nis!" lalu memandangiku selama beberapa detik. Tanpa sadar aku mematung sambil diam-diam memperhatikan wajahnya dengan seksama. Lebih indah dari yang pernah kuingat bertahun lalu. Sementara aku yakin Yovie tak pernah ingat bagaimana rupaku meski dulu kami pernah bertemu. Mungkin ini pertama kalinya ia menatapku secara langsung, setelah kami saling mengenal lewat grup alumni sekolah di media sosial.
.
Tatapannya membuatku salah tingkah. "Kenapa sih, liatnya kayak gitu?? Ada yang salah, ya?" tanyaku.
.
"Seperti yang kau katakan, kau memang terlihat berbeda dibanding dengan fotomu," katanya menirukan ucapanku tempo hari ketika aku bersikeras menolak ajakannya untuk bertemu: karena aku lebih jelek dari fotoku yang ia lihat hanya dari media sosial. Mukaku memerah malu. Lalu Yovie tersenyum, "Bercandaaa! Yuk, jalan."
.
Yovie memberi isyarat untuk segera naik ke motor merahnya. Segera setelah aku berada di atas motor, ia bertanya kepadaku, "Kita makan, ya? Kamu mau makan apa?"
.
"Terserah," jawabku.
.
[BERSAMBUNG]
0 comments