30 Hari Bercerita: Hari Kedelapan - TOLONG

by - February 14, 2019


Selama dua puluh tahunan tinggal di rumah yang berdekatan dengan pemakaman, tak pernah aku merasakan suasana seseram ini.
.
Pasalnya, sejak kematian Ratih dua malam lalu, terjadi hal aneh. Janda kembang itu mati tanpa penyebab yang jelas. Tetangga bilang, tidak ditemukan adanya kekerasan di tubuhnya, pun tanda-tanda sakit sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya.
.
Menjelang tengah malam, terdengar jelas dari jendela kamarku yang menghadap langsung ke arah makam, rintihan samar "Tolooong. Tolooong!". Awalnya aku mengabaikannya, mengira suara itu berasal dari televisi. Namun setelah kumatikan volumenya, suara rintihan itu masih sayup terdengar.
.
Suara itu seakan berasal dari dalam gundukan tanah berhiaskan nisan sederhana yang kebetulan terletak tepat di bawah jendela, makam Ratih. Suaranya terdengar putus asa. Bahkan sesekali aku mendengar tangisan sayup, "Siapapun, tolong saya..!"
.
Aku jadi berpikir yang macam-macam. Jangan-jangan itu benar tangisan minta tolong Ratih karena sebenarnya dia masih hidup. Mungkin saja ia mati suri, dan ketika orang-orang mengira ia sudah mati, mereka menguburkannya, kemudian ia terbangun mendapati dirinya terbungkus kain kafan dan ditelan bumi.
.
Aku bergidik. Segera kutepis pikiran itu dan mematikan televisi. Aku beringsut menuju tempat tidurku, mematikan lampu kamar dan menarik selimutku tinggi-tinggi hingga hampir menutupi setengah mukaku.
.
Malam itu aku bermimpi, Ratih datang menemuiku dengan kafan yang masih melekat di tubuhnya yang penuh tanah. Ia melompat-lompat dekat kaki dipanku dan ia terlihat marah. "Mas Bayu, kenapa Mas gak nolongin saya? Saya masih hidup, Mas!!".
.
Aku tersentak hingga bangun terduduk di tempat tidurku dengan napas yang tersengal-sengal. Aku memejamkan mata dan menghela napas panjang, bersyukur bahwa semuanya hanyalah mimpi.
.
'Tap, tap, tap..' sebuah suara langkah terdengar di seberang tempat tidurku. Dalam keremangan aku melihat sesosok putih melompat-lompat.
.
"Mas Bayu..tolooong saya," sosok itu kian mendekat. Matanya yang marah menatapku lekat-lekat.
.
Tubuhku kaku. Lidahku kelu. Aku hanya bisa pasrah ketika Ratih mendapatkanku.
.
@30haribercerita #30haribercerita #30hbc1907

You May Also Like

0 comments