30 Hari Bercerita: Hari Ketujuhbelas
Aku mencintainya. Menurut sepengetahuanku, ia pun begitu.
.
Bisa kutebak dari matanya yang berbinar ketika kami berbicara. Juga dari betapa dia hafal setiap kata-kata yang pernah keluar dari mulutku. Pun caranya memandangku dengan mata besarnya yang indah.
.
Jika hati dan otaknya bisa diretas, aku ingin menghapus semua rasa dan kenangan tentangku dari hidupnya.
.
Aku mencintainya. Namun tak bisa berbuat apa-apa dengan rasa yang kumiliki.
.
"Le, cuma satu yang Ibu minta. Kamu boleh pacaran dengan siapapun, asal seiman," kata-kata Ibu kembali terngiang di benakku.
.
Dan aku telah membuatnya jatuh cinta. Ketika ia telah jatuh, aku gagal menangkapnya. Sementara ia masih di sana, menunggu kepastian yang tak pernah nyata.
.
Suatu hari kudapati ia (mungkin) lelah. Ia bertanya padaku lewat sebuah pesan singkat:
.
"I cannot be like this anymore. Let's just make everything clear. What do you want? If you want me to stay, I'll stay. But if you want me to go, I'll go."
.
Ada sesak yang hebat ketika ia mulai mempertanyakan tentang 'kami'. Jika aku harus memilih antara Ibu dan dia..
.
.
.
"I let you go"
.
Sejak pesan itu terkirim, aku tak pernah mendapati pesan balasan darinya. Aku tahu betul ia terluka. Aku hanyalah seorang lelaki tanpa perasaan di matanya.
.
Bahagianya adalah hal yang kuinginkan. Dan mungkin bukan aku yang mampu mewujudkannya.
.
Meski mungkin ini sulit baginya, karena kutahu perempuanku itu tak mudah jatuh cinta.
.
Jika suatu saat takdir kembali mempertemukan kami, kuharap ia telah bahagia.
.
.
@30haribercerita #30hbc1917 #hutangnulisharusdibayar #hutangnulis
0 comments